Kamis, 06 November 2008

Kabupaten Purworejo, Kaya tapi Penuh Tantangan

Menyimak situs resmi Pemda Kabupaten Purworejo, kabupaten yang mengusung motto Purworejo Berirama (Bersih,Indah, Rapi, Aman dan Makmur) ini memilik luas 1.034 km² terbagi dalam 16 kecamatan dan 497 Desa/Kelurahan, dengan jumlah penduduk 709.000 jiwa (2003) berarti tingkat kepadatan 685 jiwa/km². Purworejo memiliki DAU senilai Rp. 281.270.000.000 pada tahun 2007 saat ini dipimpin oleh Bupati Kelik Sumrahadi, S Sos, MM.
Kabupaten yang dikenal adem ayem dan kadang mendapat julukan Kota Pensiun ini dalam Wikipedia disebutkan dibentuk melalui UU No. 13/1950. Berbatasan dengan Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Magelang di utara, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di timur, Samudra Hindia di selatan, serta Kabupaten Kebumen di Barat, kita akan coba kenali lebih jauh.
Geografi
Bagian selatan wilayah Kabupaten Purworejo merupakan dataran rendah dimulai dari Pantai Selatan yang meliputi wilayah kecamatan Grabag, Ngombol dan Purwodadi terus ke Kecamatan Butuh, Kutoarjo, Banyuurip dan Purworejo. Selain dari Kecamatan tersebut di bagian utara berupa pegunungan, bagian dari Pegunungan Serayu. Di perbatasan dengan DIY, membujur Pegunungan Menoreh dari Bener, Loano, Kaligesing sampai Bagelen.
Purworejo berada di jalur utama lintas selatan Pulau Jawa. Kabupaten ini juga dilintasi jalur kereta api, dengan stasiun terbesarnya di Kutoarjo. Di sepanjang pantai Selatan terdapat jalan lintas yang diyakini bagian dari Proyek Daendeles jalur Anyer Panarukan.
Sejarah
Prasasti Kayu Ara Hiwang ditemukan di Desa Boro Wetan (Kecamatan Banyuurip), jika dikonversikan dengan kalender Masehi adalah tanggal 5 Oktober 901.
Tata kota Purworejo merupakan warisan tata guna lahan sejak jaman pemerintahan Hindia Belanda. Sejumlah bangunan tua masih terawat digunakan hingga kini, diantaranya Masjid Jami' Purworejo (tahun 1834), rumah dinas bupati (tahun 1840), dan bangunan yang sekarang dikenal sebagai Gereja GPIB (tahun 1879). Alun-alun Purworejo seluas 6 hektar, konon adalah yang terluas di Pulau Jawa.
Potensi
Tokoh dari Purworejo
Kabupaten Purworejo dikenal sebagai pemasok SDM handal tingkat Nasional sejak dahulu kala, baik Militer, Birokrasi, Seniman maupun profesional yang lain. Di antara para tokoh terkenal dari Purworejo adalah :
• Jan Toorop, pelukis Belanda.
• A.J.G.H. Kostermans, pakar botani Indonesia.
• Jendral Ahmad Yani, pahlawan revolusi.
• Jendral Sarwo Edi Wibowo, Komandan RPKAD.
• Ibu Anie Yudhoyono, Ibu Negara.
• Bustanul Arifin, mantan Kabulog Orde Baru.
• Jenderal Urip Sumoharjo, pendiri TNI.
• Syech Imam Puro, Ulama Purworejo.
• W.R.Soepratman, pencipta lagu kebangsaan "Indonesia Raya"
• Erman Suparno,(mentri Tenaga Kerja Kabinet Indonesia Bersatu).
• Letjend.TNI(Purn) Slamet Kirbiantoro, mantan Pangdam Jaya.
• Jenderal Endriartono Sutarto,mantan Panglima ABRI 2006.
• Kasman Singodimejo,tokoh pergerakan 1945.
• Mardiyanto, Menteri Dalam Negeri Kabinet SBY.
Pendidikan
Sebagai daerah pemasok SDM Nasional, pendidikan dasar dan menengah di Purworejo dikenal memiliki kualitas yang baik. Bahkan beberapa sekolah masuk dalam peringkat atas Nasional maupun propinsi, seperti SMA N 1 Purworejo di mana lulusannya sebagian besar melanjutkan ke perguruan tinggi negeri terkenala seperti UGM, Undip, ITB, ITS, IU, UNS, Unsoed maupun Universitas lainnya. SMA N 1 termasuk SMA Negeri tertua di Indonesia yang didirikan sejak tahun 1950. Di samping itu SMA N 2 Purworejo (eks SMA N Kutoarjo) yang berdiri sejak tahun 1980, Kemudian SMP N 1, 2, 3 Purworejo; SMP N 1,2 Kutoarjo, SMPN 1 Grabag yang kini telah dilakukan penamaan ulang menjadi SMP N 1 s/d 40 Purworejo. Namun demikian, sampai saat ini Purworejo belum memiliki perguruan tinggi negeri.
Perekonomian
Pertanian
Aktivitas ekonomi kabupaten ini bergantung pada sektor pertanian, diantaranya padi, jagung, ubi kayu, dan hasil palawija lain.
Purworejo menjadi salah satu sentra penghasil rempah-rempah, yaitu: kapulaga, kemukus, temulawak, kencur, kunyit, dan jahe. Konsumen tanaman empon-empon adalah perajin jamu gendong, pengusaha industri jamu jawa, dan rumah makan.
Sekitar 75 pabrik jamu di Jawa Tengah dan pengusaha jamu tradisional di Cilacap mengandalkan bahan baku dari sini. Grabag dikenal sebagai sentra penghasil emping melinjo. Sedangkan Kecamatan Bener dan Banyuurip serta Purwodadi dikenal sebagai penghasil durian
Peternakan
Ternak yang menjadi khas Purworejo adalah kambing peranakan ettawa (PE), yakni kambing dari India yang memiliki postur tinggi besar. Peternakaan kambing PE terutama di Kecamatan Kaligesing, di mana kambing itu dikawinkan dengan kambing lokal sehingga tercipta kambing PE ras Kaligesing. Setiap tahun ribuan kambing dipasarkan ke luar Purworejo, termasuk ke Jawa Timur (Ponorogo, Kediri, Trenggalek), Sumatera (Bengkulu dan Jambi), Riau, serta Kalimantan (Banjarmasin).
Industri
Purworejo memiliki satu industri tekstil di Kecamatan Banyuurip. Selain tekstil, di kecamatan ini ada dua industri pengolahan kayu dan di Kecamatan Bayan. Saat ini hasil industri yang mulai naik daun adalah pembuatan bola sepak di Desa Kaliboto, Kecamatan Bener, bola sepak bermerek Adiora itu sudah menembus pasar mancanegara.
Pariwisata
Purworejo mengandalkan pantainya di sebelah selatan yang bernama "Pantai Ketawang", "Pantai Jatimalang" didukung dengan gua-gua : "Gua Selokarang" dan "Sendang Sono". Goa Seplawan, terdapat di kecamatan Kaligesing, banyak diminati wisatawan karena alam yang masih asli dengan keindahan pemandangan serta hasil buah durian dan kambing ettawa sebagai salah satu ciri khas hewan ternak. Disamping itu, terdapat juga air terjun "Curug Muncar" dengan ketinggian ± 40m yang terletak di kecamatan Bruno dengan panorama alam yang masih alami.
Bandung
Makanan Khas
Beberapa masakan dan makanan khas Purworejo antara lain:
• Tahu Kupat (beberapa wilayah menyebut "kupat tahu"), sebuah masakan yang berbahan dasar tahu dengan bumbu pedas yang terbuat dari gula jawa cair dan sayuran seperti kol dan kecambah.
• Geblek : makanan yang terbuat dari tepung singkong yang dibentuk seperti cincin, digoreng gurih
• Clorot : makanan terbuat dari tepung beras dan gula merah yang dimasak dalam pilinan daun kelapa.
• Rengginang : gorengan makanan yang terbuat dari ketan yang dimasak, berbentuk bulat, gepeng.
• Lanting : makanan ini bahan dan bentuknya hampir sama dengan geblek, hanya saja ukurannya lebih kecil. Setelah digoreng lanting terasa lebih keras daripada geblek. Namun tetap terasa gurih dan renyah.
• Kue Satu : Makanan ini terbuat dari tepung ketan, berbentuk kotak kecil berwarna krem, dan rasanya manis.
• Kue Lompong : Berwarna hitam, dari gandum berisi kacang dan dibugkus dengan daun pisang yang telah coklat (klaras)
• Tiwul punel: Terbuat dari gaplek ubi kayu
• Krimpying : Makanan ini berbahan dasar singkong, seperti lanting tapi berukuran lebih besar dan lebih keras, berwarna krem, bentuknya bulat tidak seperti lanting yang umumnya berbentuk seperti angka delapan.Rasa makanan ini gurih.
Kesenian
Purworejo memiliki kesenian yang khas : NDOLALAK, tarian tradisional diiringi musik perkusi tradisional seperti : Bedug, rebana, kendang. satu kelompok penari terdiri dari 12 orang penari, dimana satu kelompok terdiri dari satu jenis gender saja (seluruhnya pria, atau seluruhnya wanita). kostum mereka terdiri dari : Topi pet (seperti petugas stasiun kereta), rompi hitam, celana hitam, kacamata hitam, dan berkaos kaki tanpa sepatu (karena menarinya di atas tikar), biasanya para penari dibacakan mantra hingga menari dalam kondisi trance (biasanya diminta untuk makan padi, tebu, kelapa) kesenian ini sering disebut juga dengan nama Dolalak Tari ini merupakan percampuran antar budaya Jawa dan budaya barat. Kata dolalak sebenarnya berasal dari notasi Do La La yang merupakan bagian dari notasi do re mi fa so la si do yang kemudian berkembang dalam logat Jawa menjadi Dolalak yang sampai sekarang ini tarian ini menjadi Dolalak.

Dzikir Saman - kesenian ini mengadopsi kesenian tradisional aceh dan bernuansa islami, dengan penari yang terdiri dari 20 pria memakai busana muslim dan bersarung, nama Dzikir Saman diambil dari kata samaniyah (arab, artinya : sembilan), yang dimaksudkan sembilan adegan dzikir. diiringi musik perkusi islami ditambah kibord dan gitar. pada jeda tiap adegan disisipi musik-musik yang direquest oleh penonton)

TANTANGAN
Ada beberapa tantangan besar Kabupaten Purworejo yang harus diperhatikan oleh siapa saja yang konsern dengan nasibnya,
PEMERINTAHAN
Dengan membawahi 16 Kecamatan dan sekita 490 Desa/Kelurahan, energi yang harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk memutar organisasi menjadi sangat besar. Biaya birokrasi dan penyelenggaraan pemerintahan atau Belanja Rutin amatlah besar, karena jumlah staf yang dibutuhkan tidak sedikit, rentang organisasi yang juga luas. Dari APBD 2008 sejumlah sekitar Rp 690 M, sebagain terbesarnya hampir 70% dialokasikan untuk Biaya Rutin. Artinya yang tersisa untuk Biaya Pembangunan hanya 30% atau sekitar Rp 200 M.
PAD YANG KECIL
Ini adalah bagian dari ironi sebuah organisasi di mana organisasinya sangat besar namun kekuatan finansialnya kecil. PAD Kabupaten Purworejo hanya Rp 41,8 M artinya hanya sekitar 6 % dari APBD tahun 2008. Ini membutuhkan kerja keras dari pemerintah setempat untuk menggunakan segala daya upaya guna meningkatkannya.
SDM
Tantangan terbesar berikutnya adalah masalah SDM yakni banyaknya tenaga potensial yang keluar dari Purworejo setiap tahunnya dengan alasan melanjutkan sekolah, bekerja di sektor industri di luar daerah maupun berkarier di bidang profesional pasca Perguruan Tinggi. Hal ini menyebabkan Purworejo sendiri mengalami kelangkaan SDM di berbagai tingkatan. Salah satu contoh, di sebuah desa kini sulit mencari tenaga muda untuk laden saat hajatan karena semua orang mudanya keluar daerah. Kelemahan ini menyebabkan sektor pertanian yang membutuhkan banyak SDM kurang terkembangkan dan mengalami modernisasi. Purworejo dan daerah sekitarnya seperti Magelang, Temanggung dan Wonosobo membutuhkan Pergurun Tinggi Negeri untuk mendidik dan menjaga SDM ahli dan terampil cukup tersedia.
PERTANIAN
Memang pertanian menjadi andalan ekonomi Purworejo, namun nasib petani seperti halnya para petani lainnya di Indonesia selalu terpuruk. Hal ini disebabkan karena luas rata-rata kepemilikan lahan yang sempit, keterampilan petani yang rendah dan hanya turun-temurun, jaringan irigasi yang sebagian masih buruk dan tidak menjangkau seluruh kawasan, dan penanganan paska panen yang masih buruk. Di samping itu petani padi dan komoditas selalu dihadapkan pada masalah kelangkaan pupuk, mahalnya benih dan harga jual panen yang jatuh.
Pemerintah perlu melakukan beberapa langkah untuk mengatasinya, antara lain dengan meningkatkan kemampuan dan keahlian para petani melalui berbagai penyuluhan ataupun menambah jumlah tenaga penyuluh. Melakukan pemuliaan bibit unggul sehingga memberikan hasil yang lebih baik, atau menghasilkan bibit tanaman yang dapat dipanen sepanjang musim seperti buah. Menjamin ketersediaan pupuk dan bibit dengan harga murah dan menjamin pemasaran produk pertanian untuk melindungi petani. Pemerintah perlu memetakan kebutuhan produk pertanian secara lebih komprehensif, sehingga petani bisa mengantisipasi dalam menanam sehingga tidak terjadi kelebihan pasok saat panen.
Pemerintah juga perlu membangun prasarana infra struktur jalan yang menjangkau seluruh kawasan kabupaten, sehingga memudahkan petani memasarkan produknya dengan cepat, murah dan tidak rusak. Di samping itu pasar regional perlu dibangun untuk memudahkan aktivitas ekonomi masyarakat.

Teman-teman SMA yang mulai beranjak tua....

Tak terasa waktu 24 tahun telah berlalu. Keceriaan masa SMA, kenakalan dan keisengan remaja tanggung telah lewat. Tapi saat kumpul bareng, ternyata uaban yang mulai menyeruak dan kerut yang mulai nampak bisa hilang digulung perasaan dan ingatan waktu masih bersama di bangku SLA. Ini wajah-wajah sebagian angkatan 84 SMA 1 purworejo yang berkumpul saat Iedul Fitri 1429 H di rumah Ririn ( IPA3, Loano) tanggal 4 Oktober 2008 bertepatan 4 Syawal 1429 H. dr. A I Suratman, Sp OG, Ir. Ahmad Sarwadi, Ir. Rumpoko, Dewi Sulis, Krismi, Hastuti, Wiwin, Pak Lurah, Edy Noor, Anggoro, dll. Mungkin tahun depan lebih banyak lagi...???