Perjalananku kali ini cukup panjang. Sebelum sampai ke Bandara king Abdul Aziz Jedah, pesawat Royal Brunai yang kutumpangi transit selama dua jam di bandara Seri Begawan Brunei. Masih butuh waktu sembilan jam lagi untuk mencapai Jedah, di tengah suasana puasa Ramadhan. Salah satunya adalah buka puasa yang mundur tiga jam menyesuaikan dengan waktu setempat dalam di atas pesawat.
Setelah mendarat, seperti biasa pelayanan keimigrasian Saudi Arabia bukanlah termasuk yang baik. Terkadang petugas dengan mudah meninggalkan antrian sekadar ngobrol atau bercanda dengan kawannya. Itu menjadi cobaan kesabaran pertama bagi para tamu Allah. Masih banyak cobaan lainnya, karena cuaca panas melebihi 40 derajat, banyaknya jamaah yang mencapai 4 juta orang, perebutan tempat i'tikaf bagi sesama jamaah yang kadang menimbulkan ketegangan. Dan masih banyak lainnya.
Itulah Umroh Ramadhan, sebuah pengalaman spiritual yang teramat indah. Meski bukan kali pertama, dan dilalui dengan banyak ketabahan, namun siapapun ingin terus mengulangnya. Tak hanya sekali lagi namun berlulang kali. Tak heran seorang tabiin ada yang pernah melaksanakan Ibadah haji sampai 40 kali.
Kerinduan kepada Ka'bah Rumah Allah, memang kerinduan yang tiada terperi. Kerinduan yang menguras air mata, kerinduan yang menghentak dada. Tua, muda, laki-laki, wanita...semuanya
Yaa Allah ijinkan aku menjadi tamu-Mu pada tahun-tahun yang akan datang. Panggillah kami sebagai jemaah Umroh maupun Jemaah Haji, agar kami dapat senantiasa dekat dengan-Mu, beribadah di rumah-Mu, memuji keagungan-Mu. Beri kemudahan kepada keluarga kami, sahabat kami, tetangga kami untuk beribadah dirumah-Mu, menerima jamuan-Mu, merengek di pintu Ka'bah-Mu, bersimpuh di Raudhah, memanjat puji di Multazam. Amiin.
Selasa, 25 November 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar